Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul
Mufrad, Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Secara sederhana akhlak itu
dapat didefinisikan sebagai sebuah perilaku yang dimiliki oleh seseorang. Yang
namanya perilaku, tentunya ada yang baik dan adapula yang buruk. Dalam
kaitannya dengan hadits diatas kiranya dapat difahami bahwa salah satu tujuan
diutusnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk memperbaiki
akhlak manusia yang ketika itu telah rusak khususnya yang menimpa bangsa
Jahiliyah di Jazirah Arab.
Dalam hal akhlak, Rasul
yang mulia Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan prototype
yang patut diteladani oleh seluruh umat manusia. Hal ini telah ditegaskan oleh
Allah dalam Al-Quran; bahwa pada diri Muhammad terdapat teladan yang baik (uswatun
hasanah).
Dalam kehidupan
bermasyarakat derajat (kewibawaan) seseorang seringpula ditentukan oleh baik
tidaknya akhlak orang tersebut dalam bergaul sesamanya. Orang-orang yang
memiliki aklak mulia cenderung akan dihormati oleh orang lain, demikian pula
sebaliknya, orang yang buruk akhlaknya cenderung akan dijauhi oleh orang-orang
yang ada disekitarnya.
Akhlak
Siswa
Dalam tulisan singkat
ini, penulis tertarik untuk membahas tentang akhlak siswa, yang dalam pandangan
penulis sangat rawan dipengaruhi oleh faktor-faktor negatif yang berasal dari
luar. Usia remaja merupakan usia yang sangat rawan terhadap pengaruh
lingkungan. Siswa dan remaja merupakan calon-calon manusia yang perlu dibina
akhlaknya agar mampu menempuh masa depan dan menjadi generasi terbaik bagi
bangsa ini.
Dalam beberapa bulan
terakhir, khususnya di Aceh, marak diberitakan tentang keterlibatan siswa dalam
aksi demonstrasi yang umumnya terjadi di sekolah-sekolah tempat mereka dididik.
Tuntutan mereka bermacam-macam; dalam sebagian aksi para siswa menuntut agar kepala
sekolahnya tidak dimutasi; dalam kasus lain bahkan ada aksi yang meminta agar
kepala sekolah mereka dicopot.
Aksi yang memprotes agar kepala sekolah tidak diganti, salah
satunya terjadi di Bireuen pada 08/02/2013 sebagaimana dilansir oleh Warta
Aceh. Diberitakan bahwa pasca dilakukan mutasi kepala sekolah oleh Bupati
Bireuen, Kepala SMA Negeri 1 Bireuen mengerahkan siswanya untuk melakukan demo
dan unjuk rasa ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat. Dalam aksi itu,
ratusan siswa SMAN 1 Bireuen bergerak dari sekolah menuju dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Bireuen dengan menggunakan puluhan sepeda motor (wartaaceh.com).
Aksi terbaru lainnya terjadi di Matang Glumpangdua,
dikabarkan bahwa siswa MAN Peusangan melakukan aksi demonstrasi di sekolah yang
menuntut agar kepala sekolahnya diganti karena dianggap tidak transparan dalam
masalah keuangan (serambinews.com).
Di alam demokrasi seperti sekarang ini pada prinsipnya aksi
siswa tersebut sah-sah saja dilakukan mengingat demonstrasi merupakan salah
satu instrument demokrasi. Namun dalam kaitannya dengan pembinaan akhlak siswa,
dalam pandangan penulis aksi-aksi demonstrasi (pengerahan masa) sebagaimana
tersebut diatas alangkah baiknya jika tidak melibatkan siswa secara langsung.
Konsentrasi siswa untuk belajar akan terganggu jika mereka melibatkan diri
dalam persoalan birokrasi yang seharusnya ditangani oleh pihak-pihak lain yang lebih
berkompeten semisal Komite Sekolah. Lagi pula bukan pada tempatnya jika siswa
mengusung karton bertuliskan “Turunkan Kepala Sekolah” sembari berteriak dengan
suara lantang.
Akhlak mereka (para siswa) sedang dibina, sehingga sangat
elok rasanya jika mereka tidak terlibat dalam aksi demonstrasi yang penuh
dengan hiruk pikuk. Jika hal ini dibiarkan, lambat laun tanpa disadari dalam
benak siswa akan muncul rasa tidak percaya dan curiga berlebihan kepada kepala
sekolah dan juga guru-guru yang sudah mendidik mereka. Tentunya kebencian yang
tumbuh di benak mereka akan merusak sendi-sendi akhlak mereka yang sedang
dipupuk dan dibina. Rasa tidak senang siswa terhadap guru dan kepala sekolah juga
akan mengakibatkan konsentrasi belajar mereka menjadi terganggu sehingga hasil
belajar mereka juga tidak akan tercapai sebagaimana diharapkan.
Jangan Korbankan Siswa
Dalam kaitannya dengan berbagai aksi yang melibatkan siswa
sebagaimana penulis uraikan diatas, hendaknya pihak sekolah (kepala sekolah dan
guru) tidak memanfaatkan siswa untuk kepentingan tertentu yang tidak ada
kaitannya dengan mereka (siswa). Adalah sangat tidak bijak, jika hanya karena
pergantian kepala sekolah lantas melibatkan siswa untuk melakukan demonstrasi
dan berkonvoi di jalan raya. Jangan hanya karena ada persaingan tertentu di
jajaran sekolah lantas menggiring siswa untuk melakukan demonstrasi dan
mengusung karton sambil bersorak-sorai.
Demikian juga dengan aksi siswa yang meminta agar kepala
sekolah dicopot seperti yang terjadi di MAN Peusangan beberapa hari lalu, dalam
pandangan penulis sangat tidak patut dilakukan oleh siswa. Jika memang kepala
sekolah dianggap menyimpang, bukankah bisa diselesaikan melalui Komite Sekolah ataupun
wali siswa tanpa harus melibatkan siswa untuk mengusung karton dan spanduk.
Apakah logis hanya karena penerapan disiplin di sekolah lantas kepala sekolah
harus diganti dan dicopot?
Akhirnya kita cuma bisa berharap kepada jajaran sekolah agar
tidak mengorbankan siswa hanya untuk kepentingan mempertahankan jabatan ataupun
kepentingan-kepentingan lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dengan siswa.
Jangan mengatasnamakan demokrasi dan kebebasan berpendapat hanya untuk mencapai
tujuan tertentu dengan melakukan penggiringan terhadap siswa dalam aksi-aksi
yang belum saatnya mereka lakukan. Wallahu A’lam.
Bireuen, 12 Februari 2013
Membentuk Akhlak Siswa
Reviewed by Khairil Miswar
on
12:51 AM
Rating:

No comments: