Hosting Unlimited Indonesia

Membentuk Akhlak Siswa


https://bangkok.unesco.org

       Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam Adabul Mufrad, Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” Secara sederhana akhlak itu dapat didefinisikan sebagai sebuah perilaku yang dimiliki oleh seseorang. Yang namanya perilaku, tentunya ada yang baik dan adapula yang buruk. Dalam kaitannya dengan hadits diatas kiranya dapat difahami bahwa salah satu tujuan diutusnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah untuk memperbaiki akhlak manusia yang ketika itu telah rusak khususnya yang menimpa bangsa Jahiliyah di Jazirah Arab.


Dalam hal akhlak, Rasul yang mulia Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam merupakan prototype yang patut diteladani oleh seluruh umat manusia. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah dalam Al-Quran; bahwa pada diri Muhammad terdapat teladan yang baik (uswatun hasanah).
Dalam kehidupan bermasyarakat derajat (kewibawaan) seseorang seringpula ditentukan oleh baik tidaknya akhlak orang tersebut dalam bergaul sesamanya. Orang-orang yang memiliki aklak mulia cenderung akan dihormati oleh orang lain, demikian pula sebaliknya, orang yang buruk akhlaknya cenderung akan dijauhi oleh orang-orang yang ada disekitarnya.

Akhlak Siswa
Dalam tulisan singkat ini, penulis tertarik untuk membahas tentang akhlak siswa, yang dalam pandangan penulis sangat rawan dipengaruhi oleh faktor-faktor negatif yang berasal dari luar. Usia remaja merupakan usia yang sangat rawan terhadap pengaruh lingkungan. Siswa dan remaja merupakan calon-calon manusia yang perlu dibina akhlaknya agar mampu menempuh masa depan dan menjadi generasi terbaik bagi bangsa ini.
Dalam beberapa bulan terakhir, khususnya di Aceh, marak diberitakan tentang keterlibatan siswa dalam aksi demonstrasi yang umumnya terjadi di sekolah-sekolah tempat mereka dididik. Tuntutan mereka bermacam-macam; dalam sebagian aksi para siswa menuntut agar kepala sekolahnya tidak dimutasi; dalam kasus lain bahkan ada aksi yang meminta agar kepala sekolah mereka dicopot.  
Aksi yang memprotes agar kepala sekolah tidak diganti, salah satunya terjadi di Bireuen pada 08/02/2013 sebagaimana dilansir oleh Warta Aceh. Diberitakan bahwa pasca dilakukan mutasi kepala sekolah oleh Bupati Bireuen, Kepala SMA Negeri 1 Bireuen mengerahkan siswanya untuk melakukan demo dan unjuk rasa ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan setempat. Dalam aksi itu, ratusan siswa SMAN 1 Bireuen bergerak dari sekolah menuju dinas Pendidikan dan Kebudayaan Bireuen dengan menggunakan puluhan sepeda motor (wartaaceh.com).
Aksi terbaru lainnya terjadi di Matang Glumpangdua, dikabarkan bahwa siswa MAN Peusangan melakukan aksi demonstrasi di sekolah yang menuntut agar kepala sekolahnya diganti karena dianggap tidak transparan dalam masalah keuangan (serambinews.com).
Di alam demokrasi seperti sekarang ini pada prinsipnya aksi siswa tersebut sah-sah saja dilakukan mengingat demonstrasi merupakan salah satu instrument demokrasi. Namun dalam kaitannya dengan pembinaan akhlak siswa, dalam pandangan penulis aksi-aksi demonstrasi (pengerahan masa) sebagaimana tersebut diatas alangkah baiknya jika tidak melibatkan siswa secara langsung. Konsentrasi siswa untuk belajar akan terganggu jika mereka melibatkan diri dalam persoalan birokrasi yang seharusnya ditangani oleh pihak-pihak lain yang lebih berkompeten semisal Komite Sekolah. Lagi pula bukan pada tempatnya jika siswa mengusung karton bertuliskan “Turunkan Kepala Sekolah” sembari berteriak dengan suara lantang.
Akhlak mereka (para siswa) sedang dibina, sehingga sangat elok rasanya jika mereka tidak terlibat dalam aksi demonstrasi yang penuh dengan hiruk pikuk. Jika hal ini dibiarkan, lambat laun tanpa disadari dalam benak siswa akan muncul rasa tidak percaya dan curiga berlebihan kepada kepala sekolah dan juga guru-guru yang sudah mendidik mereka. Tentunya kebencian yang tumbuh di benak mereka akan merusak sendi-sendi akhlak mereka yang sedang dipupuk dan dibina. Rasa tidak senang siswa terhadap guru dan kepala sekolah juga akan mengakibatkan konsentrasi belajar mereka menjadi terganggu sehingga hasil belajar mereka juga tidak akan tercapai sebagaimana diharapkan.

Jangan Korbankan Siswa
Dalam kaitannya dengan berbagai aksi yang melibatkan siswa sebagaimana penulis uraikan diatas, hendaknya pihak sekolah (kepala sekolah dan guru) tidak memanfaatkan siswa untuk kepentingan tertentu yang tidak ada kaitannya dengan mereka (siswa). Adalah sangat tidak bijak, jika hanya karena pergantian kepala sekolah lantas melibatkan siswa untuk melakukan demonstrasi dan berkonvoi di jalan raya. Jangan hanya karena ada persaingan tertentu di jajaran sekolah lantas menggiring siswa untuk melakukan demonstrasi dan mengusung karton sambil bersorak-sorai.
Demikian juga dengan aksi siswa yang meminta agar kepala sekolah dicopot seperti yang terjadi di MAN Peusangan beberapa hari lalu, dalam pandangan penulis sangat tidak patut dilakukan oleh siswa. Jika memang kepala sekolah dianggap menyimpang, bukankah bisa diselesaikan melalui Komite Sekolah ataupun wali siswa tanpa harus melibatkan siswa untuk mengusung karton dan spanduk. Apakah logis hanya karena penerapan disiplin di sekolah lantas kepala sekolah harus diganti dan dicopot?
Akhirnya kita cuma bisa berharap kepada jajaran sekolah agar tidak mengorbankan siswa hanya untuk kepentingan mempertahankan jabatan ataupun kepentingan-kepentingan lainnya yang tidak ada sangkut pautnya dengan siswa. Jangan mengatasnamakan demokrasi dan kebebasan berpendapat hanya untuk mencapai tujuan tertentu dengan melakukan penggiringan terhadap siswa dalam aksi-aksi yang belum saatnya mereka lakukan. Wallahu A’lam.
Bireuen, 12 Februari 2013


Membentuk Akhlak Siswa Membentuk Akhlak Siswa Reviewed by Khairil Miswar on 12:51 AM Rating: 5

Post Comments

No comments:

Powered by Blogger.